Sabtu, 18 April 2009

Berkorban itu indah

Musim hujan sudah berlangsung dua bulan sehingga dimana-mana pepohonan nampak menghijau. Seekor ulat menyeruak di antara daun-daun hijau yang bergoyang-goyang diterpa angin. “Apa kabar daun hijau,” katanya . Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang “Oo, kamu ulat. Badanmu kelihatan kurus dan kecil, mengapa?” tanya daun hijau. “Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bisakah engkau membantuku sobat?” kata ulat kecil. “Tentu..tentu..mendekatlah kemari.” Daun hijau berpikir, “jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau. Hanya saja aku akan kelihatan berlubang-lubang. Tapi tak apalah.

“Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau. Setelah makan dengan kenyang ulat berterimakasih kepada daun hijau yang telah merelakan bagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terimakasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlubang di sana-sini namun ia bahagia bisa melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar.

Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar. Apa yang terlalu berarti di hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit saja bagi sesama? Toh akhirnya semua yang ada akan “mati” bagi sesamanya yang tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesulitan. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak minta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri. Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah.

Ketika berkorban diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yang berlobang namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita, kita akan tetap hijau, Allah akan tetap memberkati dan memelihara kita. Bagi “daun hijau”, berkorban merupakan sesuatu hal yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan . Dia bahagia melihat sesamanya bisa tersenyum karena pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya karena menyadari bahwa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai “daun hijau”. Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah kehidupan kita. hidup ini hanya sementara kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik, kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa suka cita tersendiri bagi anda. Dalam banyak hal kita bisa berkorban. Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka, memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang bisa kita lakukan. Yang mana yang sering kita lakukan? Menjadi ulat kecil yang menerima kebaikan orang atau menjadi “daun hijau” yang senang memberi.

Pesan Spiritual : Jika menolong jangan mengharapkan balasan

A; Bapak Li, saya dengar Bapak kehabisan beras. Terimalah satu kantong beras
ini. Dan uang ini mungkin akan berguna. Semoga Bapak berbahagia dan
sejahtera di tahun baru ini.

Istri : Mengapa Bapak tampak sedih?

A : Tidakkah menurutmu Bapak Li itu tidak tahu berterima kasih?

Istri : Maksud Bapak?

A : Saya telah banyak membantunya, tetapi ia tidak pernah sedikitpun
mengembalikan pemberian saya.

Istri : Jika dia mengembalikan sesuatu yang murah kepadamu maka kamu akan
menganggapnya tidak berharga. Lagipula dia tidak mampun memberikan sesuatu
yang sangat berharga kepadamu. Kamu lupa bagaimana dulu seorang penjahat
menganggu kita…

Penjahat : Saya mau pergi jika kamu menyerahkan vas-vas permata itu.

A : Tapi vas itu merupakan barang peninggalan

Penjahat : Kalau begitu saya akan tetap tinggal di sini.

Istri A : Tuan Li, seorang pemuda jahat sedang mengancam dan membuat
keributan di rumah.

Dia langsung menyuruh anaknya untuk datang ke rumah kita dan mengusir pemuda
penganggu itu. Bantuan itu datang tepat waktu, bukan?

A : Tentu saja saya ingat kejadian itu. Saya selalu mengingat kebaikan orang
lain.

Istri : Lalu mengapa kamu mengeluhkan Tuan Li yang tidak membalas
bantuan-bantuanmu? Kamu harus membantu orang lain tanpa mengharapkan
balasan. Tetapi jika kamu mendapat bantuan orang lain, kamu tidak boleh
melupakannya.

A : Kamu benar.

Pesan Moral : Daripada memikirkan bagaimana orang lain akan membalas bantuan
kita, lebih baik Anda memikirkan bagaimana membalas bantuan yang telah Anda
terima dari orang lain.

Relaksasi

PANDUAN RELAKSASI

Inti dari Relaksasi adalah mampukah kita menggunakan kemampuan dan merasakan apa yang terjadi pada diri kita

Semua dalam kondisi berbaring, tangan diletakkan disamping badan, lemaskan tubuh, tutup mata dan rasakan tubuh anda dalam keadaan rileks.

Rasakan getaran dari kedua ujung jari kaki naik pelan – pelan ke lutut kemudian ke pangkal paha, kalau terasa rasakanlah, kalau tidak terasa biarkan apa adanya.

Perhatian tetap pada bagian tubuh itu, rasakan getaran naik kebagian perut, rasakan gerakan dalam perut pelan – pelan melemah.

Rasakan gerakan naik ke dada, rasakan irama pernafasan tubuh pelan – pelan melemah.

Rasakan getaran dari tulang ekor dan bokong pelan – pelan naik ke punggung da ke bahu.

Rasakan getaran dari kedua ujung jari tangan naik pelan – pelan sampai ke bahu, rasakan seluruh getaran naik sampai ke leher, rasakan otot – otot leher dalam keadaan rileksasi

Rasakan getaran naik ke muka, rasakan otot – otot muka dalam keadaan relaksasi, rasakan getaran naik ke otak rasakan getaran dalam otak pelan – pelan melemah.

Rasakan seluruh getaran keluar lewat ubun – ubun. Rasakan getaran ini memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam diri anda.

Rasakan seluruh tubuh bertenaga seperti biasa kembali, sadari berada di tempat ini , setelah seluruh tubuh dalam kondisi normal kembali, buka mata pelan – pelan, nikmati apa yang anda peroleh setelah itu buat gerakan seperti bangun dari tidur dengan meregangkan seluruh otot – otot tubuh, miringkan tubuh anda duduk seperti biasa kembali.

Relaksasi Selesai