Senin, 30 Maret 2009

Modul ASKEP HDR

MODUL IV-E
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH


Peristiwa-peristiwa traumatik seperti bencana tsunami dan konflik berkepanjangan di NAD yang dialami saudara-saudara kita telah meninggalkan dampak yang serius. Saudara-saudara kita di NAD harus mengalami kehilangan baik pekerjaan, harta benda, bahkan nyawa. Dampak kehilangan-kehilangan tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya, yang berakibat dapat mengganggu harga diri seseorang.
Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dengan masalah keperawatan harga diri rendah baik dengan menggunakan pendekatan secara individual maupun kelompok. Modul ini juga memberikan panduan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan harga diri rendah. Selamat mempelajari modul ini.


A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait masalah harga diri rendah
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah harga diri rendah
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah





B. PENGKAJIAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
• Mengkritik diri sendiri
• Perasaan tidak mampu
• Pandangan hidup yang pesimis
• Penurunan produktifitas
• Penolakan terhadap kemampuan diri

Selain data diatas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:





D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan keperawatan pada pasien :
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih

b. Tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :
• Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
• Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
• Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.
• Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
• Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
• Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
• Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
• Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
• Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
• Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal berikut :
• Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
• Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan
• Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan

SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20 menit ?

Kerja :
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.
” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini.
”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ? Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.

Orientasi :
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

2. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu memberikan perawatan yang baik untuk T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada T”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”


SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui T”

Kerja:
”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »
« Assalamu’alaikum »


SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T selama di rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di rumah

Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”


E. EVALUASI
1. Kemampuan pasien dan keluarga

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH

Nama pasien: ...........................
Ruangan: ..................................
Nama Perawat:..........................
Petunjuk pengisisan:
1. Berilah tanda (V) jika pasien mampu melakuykan kemampuan dibawah ini
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1 Menyebutkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2 Menilai kemampuan yang masih dapat digunakan
3 Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan
4 Melatih kemampuan yang telah dipilih
5 Melaksanakan kemampuan yang telah dilatih
6 Melakukan kegiatan sesuai jadwal
B Keluarga
1 Menjelaskan pengertian serrta tanda-tanda orang dengan harga diri rendah
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien harga diri rendah (memberikan pujian, menyediakan fasilitas untuk pasien, dan melatih pasien melakukan kemampuan)
3 Mampu mempraktekkan cara merawat pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan
2. Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Ruangan: .................................
Nama Perawat:..........................
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.



No
Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien
SP I p
1 Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
2 Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan
3 Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan pasien
4 Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5 Memberikan pujian yang wajar terhadap keberhasilan pasien
6 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih kemampuan kedua
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP II p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya
Nilai SP I k
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri rendah
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien harga diri rendah
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai: SP p + SP k
Rata-rata


F. DOKUMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pendokumentasian dilakukan dengan menggunakan format yang telah
dibuat.

Latihan 4 : Dokumentasikan hasil pengkajian saudara pada pasien dengan masalah Harga diri rendah menggunakan format yang sudah disediakan

Berikut ini adalah contoh pendokumentasian pasien harga diri rendah :
Coba saudara dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien harga diri rendah menggunakan format yang sudah disediakan

Berikut ini adalah lingkup pengkajian pasien harga diri rendah :

a. Keluhan utama :……………………………………..
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan…………………..
c. Konsep diri
- Gambaran diri
- Ideal diri
- Harga diri
- Identitas
- Peran
Jelaskan :...........................................................................
Masalah keperawatan :......................................................
d. Alam perasaan
[ ] Sedih [ ] Putus asa
[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan :………………………………….
Masalah keperawatan :…………………….

e. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung [ ] Kontak mata kurang
[ ] Defensif [ ] Curiga
Jelaskan :…………………………………….
Masalah keperawatan :………………………
f. Penampilan :
Jelaskan :…………………………………..
Masalah keperawatan :……………………..


G. Terapi Aktivitas Kelompok
TAK untuk pasien harga diri rendah berbentuk TAK Stimulasi Persepsi yang terdiri dari:
• Sesi I: identifikasi hal positif diri
• Sesi II: melatih positif pada diri
H. Pertemuan Kelompok Keluarga

Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.

Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Keperawatan

KOMUNIKASI DAN KONSELLING
DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
 Istilah Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu “ communication “ dan Bahasa latin “ communicatio “. Keduanya bersumber dari kata “ communis “ yang artinya sama, yang berarti sama makna.
 Jadi komunikasi akan dikatakan Komunikatif bila : Keduanya selain mengerti bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.
 Definisi Komunikasi
Menurut TAYLOR ( 1993 ) :
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti. Jadi dalam komunikasi terjadi penambahan pengertian antara pemberi dan penerima informasi sehingga mendapatkan pengetahuan.
Menurut BURGES ( 1988 ) :
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, makna, dan pemahaman dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Jadi ada penerusan informasi dari pengirim kepada penerima pesan dalam komunikasi.
Menurut YUWONO ( 1985 ) :
Komunikasi adalah kegiatan mengajukan pengertian yang diinginkan dari pengirim informasi kepada penerima informasi dan menimbulkan tingkah laku yang diinginkan penerima.
KOMUNIKASI :
Merupakan seni penyampaian informasi ( pesan, ide, sikap atau gagasan ) dari komunikator / penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan / penerima berita ( pola, sikap, pandangan, dan pemahamannya ) ke pola an pemahaman yang dikehendaki bersama.




B. KOMPONEN KOMUNIKASI
 Komunikator
Adalah orang yang mau berkomunikasi dengan orang lain. Disebut juga pembawa berita, pegirim berita dan sumber berita. Komunikator bisa individu, keluarga atau kelompok.
Dalam proses komunikasi, pengirim berita menggunakan :
- Gagasan yang diwujudkan lambang yang berbentuk kata-kata
- Komunikasi disampaikan dengan menggunakan media yang berbentuk ucapan, gerak tangan dan telepon.
- Penyampaian langsung dengan cara : tatap muka dan telepon.
 Pesan
Disebut juga amanat.
Adalah berita yang disamaikan oleh komunikator melalui lambang / gerakan.
Berita dapat berupa cerita, atau keterangan mengenai kejadian / peristiwa yang hangat dan akurat.
Komunikator dan pesan digunakan bersama dalam komunikasi, jadi merupakan unsur utama dalam komunikasi.
 Saluran Komunikasi
- Merupakan sarana untuk menangkap lambang yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang memberi makna terhadap suatu stimulus
- Persepsi : merupakan tanggapan / penerimaan langsung dari sesuatu / satu proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indera.
- Saluran komunikasi meliputi :
Pendengaran ( lambang berupa suara )
Penglihatan ( lambang berupa sinar, pantulan sinar / gambar )
Penciuman – bau-bauan
Rabaan – Rangsangan perabaan
 Komunikan
Adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang menerima berita / lambang.


 Umpan Balik
Komunikasi berhasil bila : Komunikan mampu memberikan umpan balik yang berbentuk tanggapan / respon
Jenis umpan balik berdasarkan sikap komunikan ada 4 , yaitu :
- Zero Umpan Balik
Tidak ada kejelasan umpan balik dari komunikan. Komunikasi bersifat dingin, karena : pesan kurang jelas, lambang bahasa yang digunakan tidak dipahami, waktu dan tempat tidak tepat, shingga komunikasi menjadi tidak bermakna.
- Umpan Balik Positif
Umpan balik dari komunikan dapat dimengerti oleh komunikator.
Komunikan berpartisipasi memenuhi ajakan komunikator, an terjadi persetujuan antara komunikator dengan komunikan.
- Umpan Balik Netral
Tanggapan yang disampaikan oleh komunikan tidak mempunyai relevansi dengan pesan yang disampaikan.
- Umpan Balik Negatif
Umpan balik yang disampaikan oleh komunikan tidak mendukung komunikator
Komunikasi bersifat tidak ada persetujuan dan dapat bersifat kritik.
Umpan Balik :
Arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya komunikasi.
Dapat dijadikan patokan sejauh mana pencapaian dari pesan yang telah disampaikan .

C. PROSES KOMUNIKASI
 Proses Komunikasi secara Primer
Adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang / symbol.



Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah :
1). Bahasa
Paling banyak digunakan dalam komunikasi, karena hanya bahasa yang mampu “ menerjemahkan “ pikiran / perasaan komunikator kepada komunikan. Dapat berupa idea, informasi, opini.
2). Kial / Gesture / Bahasa tubuh
Dapat berupa menggapaikan tangan, memainkan jemari, mengedipkan mata. Kial hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja.
3). Isyarat
Dapat menggunakan alat : tong, bedug, sirine dll. Atau menggunakan warna.
4). Gambar
Melebihi kial, isyarat dan warna dalam menterjemahkan pikiran seseorang. Tidak melebihi bahasa.
Proses membuat sebuah pesan :
1). Komunikator menyandi ( encode ) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Memformulasikan pikiran dan atau perasaan kedalam lambang / bahasa yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.
2). Komunikan mengawa sandi ( decode ) pesan dari komunikator. Menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya.
Komunikator sebagai penyandi disbut “ encoder “
Komunikan sebagai pengawa sandi disebut “ decoder “

 Proses Komunikasi secara Skunder
 Adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat / sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
 Komunikator menggunakan media kedua, karena komunikan sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh / jumlahnya banyak.
 Media kedua dalam komunikasi skunder dapat berupa : surat, telepon, radio, teleks, surat kabar, majalah, televisi, film.
 Umpan balik dalam komunikasi bermedia, terutama media masa dinamakan umpan balik tertunda ( delayed feedback ), karena sampainya tanggapan / reaksi khalayak kepada komunikator memerlukan tenggang waktu.
 Merupakan sambungan dari komunikai primer. Komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

Potter dan Perry ( 1993 ) , menyebutkan bahwa proses komuniaksi dipengaruhi beberapa faktor :
 Perkembangan
Harus diketahui pengaruh perkembangan usia, baik dari bahasa maupun proses berpikir. Komunikasi dengan anak remaja tentunya akan berbeda dengan balita.
 Persepsi
Adalah pandangan pribadi seseorang terhadap suatu kejadian / peristiwa. Perbedaan komunikasi dapat menghambat komunikasi, misalnya kata “ beton “ akan berbeda pesepsinya antara ahli bangunan dan orang awam.
 Nilai
Adalah standar yang mempengaruhi perilaku. Bidan perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Misalnya bidan memandang bahwa aborsi adalah dosa, sedangkan klien memendang bahwa aborsi adalah tidak dosa.
 Latar belakang sosial budaya
Budaya dapat mempengaruhi bahasa dan gaya komunikasi. Budaya juga membatasi cara bertindak dan berkomunikasi.
 Emosi
Adalah perasaan subjektif terhadap suatu kejadian. Bidan pelu mengkaji emosi klien, dan megevaluasi emosi yang ada pada dirinya

 Jenis Kelamin
Tanned ( 1990 ), menyebutkan bahwa laki-laki dan wanita mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Wanita menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan dan meminimkan perbedaan serta membangun dan mendukung keintiman. Laki-laki lebih menggunakan bahasa untuk mendapatkan kemandirian aktivitas.
 Pengetahuan
Pengetahuan rendah akan sulit merespon pertanyaan yang mengandung bahasa verbal dari yang pengetahuan tinggi.
 Lingkungan
- Suasana bising dapat menimbulkan kerancuan, ketegangan dan ketidaknyamanan.
- Lingkungan fisik : tingkah laku manusia berbeda, ketika berkomunikasi dengan sahabatnya dan dengan pimpinannya.
- Lingkungan sosial : Wanita berpenampilan lembut, tapi berkata-kata kasar, karena limgkungan sosial.
 Jarak
Jarak tertentu akan memberikan rasa aman dan kontrol, misalnya individu merasa terancam bila berada pada jarak yang dekat dengan seseorang yang tidak dikenal.
 Kondisi Fisik
Indera pembicaraan mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.
 Citra diri
Manusia mempunyai gambaran tertentu mengenai dirinya, status sosial, kelebihan dan kekurangan. Citra diri akan terungkap dalam komunikasi.
 Peran dan hubungan
Gaya komuniksi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang berkomunikasi. Cara komunikasi antara bidan dan koleganya, dengan bidan dan kliennya tentu akn berbeda.


E. BENTUK KOMUNIKASI
 Komunikasi Pribadi
- Komunikasi intra pribadi / intra personal.
Komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Akan membantu seseorang / individu agar tetap sadar akan kejadian sekitar. Misal bila sedang melamun.
- Komunikasi antar pribadi / interpersonal
Adalah komunikasi antara dua orang dan terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Disebut juga dialog komunikasi, dan dapat dilakukan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi, misalnya telepon. Komunikasi ini akan efektif bila akhirnya menghasilkan perubhan sikap pada orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut. Untuk mencapai keberhasilan dalam komunikasi tatap muka didukung dengan komunikasi kebhasaan, bahasa kial dan bahasa sikap.

 Komunikasi Antar Kelompok
- Adalah kominikasi antar seseorang ( komunikator ) dengan sejumlah orang yang berkumpul bersama dalam kelompok.
- Ada dua tahap aktifitas untuk melaksanakan pendekatan yaitu :
Tahap Gagasan : Tahapan ketika indifidu dalam kelompok saling mengungkapkan gagasannya, berkomunikasi untuk membahas dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Tahap Emosional Sosial : Anggota kelompok saling menenggang rasa untuk membina persatuan dan keutuhan antar pribadi dalam kelompok. Kelompok menyadari tanggungjawab serta perjuangan bersama, mengorbankan tujuan dan kepentingan pribadi.
Ada dua kelompok dalam komunikasi antar kelompok yaitu ; kelompok kecil ( kelompok dengan anggota yang jumlahnya terbatas ) dan kelompok besar yaitu kelompok dengan jumlah anggota yang banyak.

 Komunikasi Massa
- Adalah komunikasi umum, bukan komunikasi pribai, pesan yang diasmpikan tidak ditujukan pada satu orang saja, tetapti bagi semua orang / anggota khalayak.
- Menyampaikan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah banyak.
- Menggunakan media yang meliputi surat kabar, radio, televisi dan film dll.
- Sifat : umum, heterogen, non pribadi dan menimbulkan keserempakan dengan paham yang sama.






















KOMUNIKASI EFFEKTIF

DEFINISI
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan ; pengertian, kesnangan, perubahan sikap, dan hubungan yang makin baik.

TUJUAN KOMUNIKASI EFEKTIF
Memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi dan penerima, sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan umpan balik seimbang, dan melatih penggunaan bahasa non verbal secara baik.

BENTUK DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASI EFEKTIF
A. Komunikasi Verbal Efektif
 Jelas
- Komunikasi berlangsung efektif, sederhana, pendek dan langsung.
- Kata-kata yang digunakan sedikit, untuk menghindari kerancuan.
- Jalas dalam arti bicara lambat dan mengucapkan dengan jelas.
- Penggunaan contoh dapat digunakan agar penjelasan lebih mudah dipahami.
- Ulang bagian penting dari pesan yang disampaikan.
- Penerima pesan perlu mengetahui ; apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan dimana.
 Perbendaharaan Kata
- Gunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh klien.
- Komunikasi tidak berhasil jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
- Banyak istilah teknis dalam kedokteran dan keperawatan jika digunakan oleh perawat dengan klien, klien akan bingung.
- Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti oleh klien.
 Arti Denotatif dan Konotatif
- Dalam berkomunikasi dengan klien dan keluarganya, perawat harus mampu memilih kata-kata yang tidak banyak disalahtafsirkan.
 Intonasi
- Suara komunikator mampu mempengaruhi arti pesan.
- Nada suara pembicaraan mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan.
- Emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada.
 Kecepatan Bicara
- Keberhasilan komunikasi verbal juga ditentukan oleh kecepatan bicara dan tempo yang tepat.
- Sebaiknya tidak berbicara terlalu cepat, sehingga kata-katanya tidak jelas.
- Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar unruk mendengarkan dan memahami arti kata
 Humor
- Humor meningkatkan keberhasilan bidan dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien
- Dugan ( 1998 ), tertawa membantu mengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stress.
- Sullivan & deane ( 1998 ), humor dapat merangsang produksi katekolamin, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernafasan dan meningkatkan metabolisme.

B. Komunikasi Non Verbal Efektif
 Penampilan Fisik
- Penampilan fisik bidan mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan keperawatan.
- Penampilan merupakan hal pertama yang diperhatikan.
- Kesan pertama timbul dalam 20 detik – 4 menit pertama.
- 84 % dari kesan seseorang berdasarkan penampilannya.
- Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.
- perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif.
 Sikap Tubuh dan Cara Berjalan
- Mencerminkan konsep diri, alam perasaan ( mood ) dan kesehatan.
- perawat dapat menyimpulkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati siksp tubuh dan langkah klien.
- Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik, seperti rasa sakit / fraktur.
 Ekspresi Wajah
- Wajah merupakan bagian tubuh yang [paling ekspresif.
- Hasil penelitian menunjukkan ada 6 keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah yaitu ; terkejut, takut, marah, jijik, bahagia, dan sedih.
- Sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpersonal.
- Kontak mata – Penting !!!
- Orang yang mempertahankan kontak mata selama pembicaraan dipersepsikan sebagai orang yang dapat dipercaya dan memungkinkan untuk menjadi pengamat.
 Sentuhan
- Sentuhan merupakan bagian penting dalam hubungan bidan – klien. Akan tetapi harus juga memperhatikannorma sosial.
- Kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian dapat diberikan melelui sentuhan.
- Bradley & edinberg ( 1982 ), Wilson & Kneisel ( 1992 )
Perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan dan hati-hati.

BAGAIMANA SUARA KITA ?
 Dalam berkomunikasi sangat dipengaruhi bagaimana kita mengatakan kata-kata yang akan kita sampaikan.
 Cara kita memakai suara dalam berkomunikasi :
P : PITCH = TITI NADA
I : INFLECTION = PERUBAHAN BENTUK NADA
C : COURTESY = SOPAN SANTUN
T : TONE = NADA
U : UNDERSTANDABILITY = DAPAT DIMENGERTI
R : RATE = KECEPATAN
E : EDUCATION = UCAPAN / LAFAL
Titi Nada
 Titi nada yang kita pakai dapat mengubah arti dari pesan / perkataan kita.
 Suara dengan titi nada tinggi dapat terdengar lemah
 Suara dengan titi nada rendah, lebih wibawa dan efektif, terutama dalam membujuk orang lain sesuai dengan tujuan.
Perubahan Nada Suara
 Perlu ada perubahan nada suara
 Nada suara datar – membosankan
 Nada suara berubah-ubah – lebih menarik, akan memelihara perhatian pendengar.
Sopan Santun
 Harus selalu dijaga misal ; berterimakasih, permisi, dll
Nada
 Nada suara dapat menegaskan arti kata-kata yang disampaikan
 Nada yang bersungguh-sungguh tampak pada kata yang besungguh-sungguh.
 Nada yang gembira tampak pada kata-kata yang gembira.
 Nada suara yang ragu-ragu dapat diartikan berdusta / dapat dipercaya.
Sifat Kata Dimengerti
 perawat perlu menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti.
 Klien tidak mengeri, belum tentu mau bertanya.
 perawat menggunakan bahasa yang biasa digunakan dalam masyarakat.
Kecepatan
 Bicara terlalu cepat, pendengar tidak dapat mengikuti isi pembicaraan dengan seksama.
 Bicara terlalu lambat, orang yang mendengar akan mencoba mengakhiri pembicaraan, pikiran mereka akan lepas dari pembicaraan.
Ucapan / Lafal
 Bicara dengan jelas pada huruf-huruf tertentu, misal : T dan D, P dan B.
 Bicara dengan jelas untuk menghindari kesalahpahaman.

Konsep Diri

LAPORAN PENDAHULUAN
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional
Selasa, 2 September 2008



I. Masalah utama

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Situasional


II. Pengertian

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan ideal diri. (Struart & Sunden, 1998)
Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami/ beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri. (Carpenito L.J 1997).
Harga diri rendah situasional adalah perasaan diri/evaluasi diri negatif yang berkembang sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif. (Wilkinson,2007)
Gangguan harga diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri serta merasa gagal mencapai keinginan.

III. Rentang Respon Konsep Diri
Adapun rentang respon gangguan konsep diri: harga diri rendah transisi antara respon konsep diri adaptif dan mal adaptif adalah sebagai berikut :

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon maladaptif

aktualisasi diri Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
Positif Rendah Identitas

Respon-respon maladaptif meliputi :
 Aktualisasi diri adalah pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang sukses
 Konsep diri positif individu mempunyai pengalaman yang positif dalam perwujudan dirinya.
Rentang respon yang berada antara rentang respon adaptif dan maladaptif meliputi :
 Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif tentang kemampuan diri.
Rentang respon maladaptif meliputi :
 Kekacauan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan kepribadian pada remaja yang harmonis
 Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan merasa asing dengan diri sendiri, yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan dan kegagalan dalam ujian realitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.( Struart, 2007)

IV. Proses Terjadinya
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang tua,harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggungjawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi performan peran, adalah steriotif peran gender, tuntutan peran kerja,dan harapan peran budaya. Nilai-nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh individu
c. Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi, meliputi ketidak percayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya,dan perubahan struktur sosial
2. Stresor Pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan
b. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi. Ada 3 jenis transisi peran :
 Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta tekanan untuk meyesuaikan diri.
 Transisi peran situasi terjadi dengan berambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.
 Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh : kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,bentun,penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur medis dan keperawatan.
3. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan bervariasi antara individu satu dengan yang lainnya, tetapi biasanya dimanisfestasikan sebagai berikut :
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri,akibat penyakit /tindakan mis : malu karena botak akibat kemoterapi.
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan, mengkritik,mengejek diri sendiri.
c. Merendahkan martabat: saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-apa, saya tidak mampu.
d. Gangguan hubungan sosial
e. Percaya diri kurang, sukar mengambil keputusan
f. Mencederai diri
g. Mudah marah, mudah tersinggung
h. Apatis, bosan,jenuh dan putus asa
i. Kegagalan menjalankan peran, Proyeksi (menyalahkan orang lain)

V. Data Yang Perlu Dikaji
Data subyektif :
- Klien mengatakan tidak berharga
- Klien mengatakan tidak berguna tidak mampu
- Klien mengatakan hal-hal negatif terhadap dirinya
- Klien mengatakan tidak mampu melakukan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.
Data Obyektif :
- Perasaan negatif terhadap diri sendiri
- Menarik diri dari kehidupan
- Kritik terhadap diri sendiri
- Destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
- Mudah tersinggung/mudah marah
- Produktivitas menurun
- Penolakan terhadap diri sendiri
- Keluhan fisik

VI. Masalah Keperawatan
1. Perubahan penampilan peran
2. Ketidak berdayaan
3. Keputusasaan
4. Gangguan Identitas personal

VII. Pohon Masalah

Resiko Tinggi Isolasi sosial : Menarik Diri



Koping individu tidak efektif

VIII. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional
2. Koping individu tidak efektif

IX. Intervensi Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan pada pasien :
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan /memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
5) Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatih
b. Tindakan keperawatan
1). Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk dapat membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki maka : Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti kegiatan dirumah, ada keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
2) Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan, untuk tindakan tersebut : mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini, bantu pasien menyebutkan dan memberi pengauatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien, Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
3) Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai kemampuan : Mendiskusikan dengan klien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan klien lakukan sehari-hari, bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat klien lakukan secara mandiri, mana aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan aktivitas mana yang dibantu total .
4) Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai dengan kemampuan: mendiskusikan dengan klien untuk mnetapkan urutan kegiatan yang akan dilakukan, beserta klien memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan klien
5) Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya hal yang dapat dilakukan : memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatih.

2. Tindakan Keperawatan pada keluarga :
a. Tujuan :
1). Keluarga dapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2). Keluarga memfasilitasi aktifitas yang sesuai kemampuan
3). Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan latihan yang dilakukan.
4). Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan Keperawatan
1). Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
2). Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada klien
3). Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki klien
4). Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5). Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

X. Terapi Spesialis :
1. Terapi individu : Terapi Penghentian Pikiran (Thought Stopping)
2. Terapi Kelompok : Terapi Suportif
3. Terapi Keluarga : Terapi Family Psiko Edukasi
4. Terapi Komunitas : Terapi ACT

XI. DAFTAR PUSTAKA

CMHN, ( 2005 ). Modul I-C. Manajemen keperawatan Psikososial dan Pelatihan kader kesehatan, Jakarta, FIK UI

Depkes RI, ( 2000 ). Keperawatan Jiwa : Teori dan Tindakan Keperawatan, Jakarta.Depkes.

Fitzpatrick, W. 1989. Conceptual Models of Nursing. Appletton & Lange; California

Karen M.Stolte. ( 1996 ). Wellness nursing diagnosis for health promotion, Lippincott . USA

Mohr.WK, ( 2006 ). Psychiatric Mental Health Nursing ( 6 th edition ), Philadelpia, Lippincott Williams & Wilkins.

Stuart and Sundeen, ( 1998 ). Pocket Guide To Psychistric Nursing, ( 3th edition ), alih bahasa, Jakarta, EGC.

Townsend MC. ( 2005 ).Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing,
( 3 th edition ), USA,FA.Davis Company







STRATEGI PELAKSANAAN
KLIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
Pertemuan 1, Selasa, 2 September 2008

I. Orientasi :
1. Salam terapeutik : Assalamuaalaikum.. Selamat pagi ibu/ bapak. saya perawat dayat trihadi, mahasiswa dari FIK UI, Biasa dipanggil dayat. Nama ibu / bpk siapa ? senang dipanggil apa ?
2. Evaluas / validasi : Bagaimana perasaan ibu/bapak hari ini? Bagaimana istirahat Ibu/bapak semalam? Apakah dapat tidur? Apa yang menyebabkan ibu/bapak tidak dapat tidur? apakah ada yang sedang mengganggu dipikiran Ibu/Bapak?
3. Kontrak :
a. Topik : Baiklah... Bagaimana bu/pak bagaimanan kalau saat ini kita membicarakan tentang kegiatan dan kemampuan yang ibu/bapak pernah lakukan? Setelah itu kita akan memilih kegiatan mana yang masih dapat ibu/bapak lakukan pada saat ini di rumah sakit.
b. Tempat : menurut ibu/bapak dimana enaknya kita mebicarakan hal ini ? Bagaimana kalau dsini saja?
c. Waktu : Kurang lebih 20 menit

II. Kerja :
a. Baiklah ibu/bapak, apa saja kegiatan yang dilakukan dirumah sebelum sakit? Bagus! Apalagi ibu/bapak? Oh melukis,menyanyi, mengaji,menulis .....? wah banyak juga kegiatan yang dilakukan ada 8 kegiatan/kemampuan yang ibu/bapak miliki
b. Ibu/bapak tadi sudah meyebutkan ada 8 kemapuan yang dimiliki.nah sekaramg kita melihat kegiatan mana yang masih dapat dilakukan dirumah sakit.Wah... ibu/bapak masih ada 2 kegiatan yang masih dapat dilakukan di rumah sakit ini.
c. Baiklah ibu/bapak,sekarang coba pilih salah satu kegiatan yang akan kita lakukan...wah memilih untuk mengaji ya apakah saat ini membawa Al-quran. Sekarang silahkan membaca ayat yang diinginkan. Bagus! Nah sekarang ibu/bapak sudah selesai mengaji.


III .Terminasi
a. Evaluasi subyektif :
Nah ... ibu / bapak, kita sudah mengadakan pembicaraan dan melakukan pengajian gimana perasaannya?
b. Evaluasi objektif :
Coba ibu / bapak ceritakan kembali apa saja yang sudah kita bicarakan tadi dan yang sudah dilakukan ibu/bapak.
c. Rencana tindak lanjut :
Baiklah ibu/bapak silahkan mencoba lagi atau mengingat lagi kegiatan apa yang sudah dilakukan dan mencoba membaca Al Quran sampai lancar.
d. Kontrak yang akan datang :
Topik : Bu / Bpk ..... saya akan kembali lagi besok dan kita akan memasukkan kegiatan yang ibu/bapak lakukan kedalam jadwal kegiatan harian
Tempat : Dimana sebaiknya kita bertemu nanti bu / bapak ?
Bagaimana kalau disini saja?.
Waktu : Ibu/ bapak jam berapa kita dapat ketemu kembali ? Bagaimana kalau jam 9 pagi?.
Baiklah bu / bapak .... Saya permisi dulu . Assalamualaikum.













STRATEGI PELAKSANAAN
TERAPI INDIVIDU : Thought Stopping
Selasa, 2 September 2008

Sesi I : Klien dapat mengidentifikasi pikiran yang menegangkan.

I. Orientasi :
1. Salam terapeutik : Assalamuaalaikum... Selamat pagi ibu / bapak. Saya perawat dayat trihadi, mahasiswa dari FIK UI, biasa dipanggil dayat, Nama ibu / bpk siapa ? senang dipanggil apa ?
2. Evaluas / validasi : Bagaimana perasaan ibu/bapak hari ini?
3. Kontrak :
a. Topik : Bagaimana bu/pak kalau saat ini kita akan melakukan latihan yang dapat mengurangi rasa kesel dan hal-hal yang disukai kita tidak sukai dalam diri yang ibu/bapak pikirkan saat ini.
b. Tempat : menurut ibu/bapak dimana enaknya kita melakukan hal ini ? Bagaimana kalau dsini saja?
c. Waktu : Latihan ini akan kita lakukan selama kurang lebih 15 menit?


II. Kerja :
a. Baiklah ibu/bapak, saya akan memberikan arahan sedikit tentang latihan ini: Latihan ini bertujuan untuk dapat menilai pikiran yang tidak menyenangkan dan menilai seberapa besar mengganggu kehidupan, mengenal tentang menghentian pikiran: manfaat dan cara yang dapat dilakukan dan mencoba berlatih mengatasi masalah dengan menggunakan alarm.
b. Baiklah ibu/bapak kita mulai saja silahkan ibu/bapak mengambil posisi sesuai dengan keinginan ibu/bapak,sekarang pejamkan mata secara perlahan dan membayangkan pikiran yang ingin dilenyapkan. Anjurkan klien berfikir secara normal dengan cara menggantidengan pikiran yang lain. Ketika mendengar jam alarm berbunyi anjurkan untuk berteriak stop biarkan pikiran kosong dan netralkan
c. Baiklah ibu/bapak, kita sudah selesai buka kembali mata ibu/bapak dan sekarang rasakan perbedaan.


III. Terminasi
a. Evaluasi subyektif :
Nah... ibu / bapak, kita sudah mengadakan latihan visualisasi untuk menenangkan diri / Bagaimana perasaan ibu/bapak sekarang? Adakah manfaat yang ibu / bapak dapatkan?
b. Evaluasi objektif :
• Coba ibu / bapak ceritakan kembali tujuan dari latihan kita saat ini? Betul sekali...... bagus ibu/bapak dapat menyebutkan tujuannya
• Coba ibu / bapak sebutkan kembali bagaimana tehnik yang sudah kita lakukan tadi? Betul sekali ...... bagus ibu/bapak dapat mencobanya kembali dengan melakukannya sendiri pada saat dibutuhkan.
c. Rencana tindak lanjut :
Baiklah bu sesuai dengan waktu yang kita sepakati kita telah melakukan latihan selama 15 menit. Besok atau nanti ibu/bapak dapat mencobanya sendiri kalau bisa sehari 3 kali selama 15 menit dan sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam hari.
d. Kontrak yang akan datang :
• Topik : Bu / Bpk ..... saya akan kembali lagi besok dan kita akan mendemonstrasikan ulang terapi ini tetapi ibu/bapak yang melakukan saya mendampingi saja.
• Tempat : Dimana sebaiknya kita bertemu nanti bu / bapak ?
Bagaimana kalau disini saja?.
• Waktu : Ibu/ bapak jam berapa kita dapat ketemu kembali ? Bagaimana kalau jam 9 pagi?.
Baiklah bu / bapak .... Saya permisi dulu . Assalamualaikum.